Nafisah: Sulitnya Menjadi Pemimpin yang Adil

Redaksi
Agustus 23, 2025 | Agustus 23, 2025 WIB Last Updated 2025-08-22T21:10:51Z

Jakarta,neojds.online
_Menjadi pemimpin yang adil itu tidak mudah. Pemimpin cenderung zalim. Cenderung mengutamakan keluarga dan partainya daripada rakyatnya, cenderung menumpuk kekayaan, cenderung tidak bisa menahan nafsu seksnya, cenderung ingin selalu dipuja dan lain-lain


Pemimpin yang adil dijamin Rasulullah Saw masuk surga. Masuk surga tentu bukan hal yang mudah. Butuh perjuangan untuk ke sana. Di dunia ini Allah berikan akal dan nafsu. Kebanyakan orang cenderung mengikuti nafsu daripada akalnya. Allah juga memberikan pendampingan malaikat dengan Iblis/setan. Orang cenderung mengikuti bujukan syetan daripada ajakan malaikat. Kecuali orang yang bertakwa, ia lebih mengikuti akal (dan wahyu) daripada mengikuti nafsu dan syetan.

Presiden Soekarno terkenal tidak bisa mengerem nafsu seksnya, presiden Soeharto membiarkan anak-anaknya berbisnis, Presiden Gus Dur lebih memuji Israel daripada Palestina, Presiden Megawati membuarkan aset-aset negara dijual ke asing, Presiden SBY tidak bisa mengerem nafsu hartanya, Presiden Jokowi tidak bisa mengerem anak-anaknya melanggar etika politik dan Presiden Prabowo tidak menganggap penting agamanya (Islam).

Makanya jadi pemimpin itu berat. Dalam bahasannya tokoh-tokoh Masyumi, pemimpin itu harus berani menderita. Leiden is lijden. Pemimpin itu menderita.

Rasulullah mengingatkan,

إنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإمَارَةِ ، وَسَتَكونُ نَدَامَةً يَوْمَ القِيَامَة

“Nanti engkau akan begitu tamak pada kekuasaan. Namun kelak di hari kiamat, engkau akan benar-benar menyesal.” (HR. Bukhari no. 7148)

Pemimpin yang zalim yang menyesatkan pengikutnya ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh para pengikutnya di akhirat kelak. Al-Qur’an menceritakan dengan menarik dialog antara pengikut dan pemimpin ini.

وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ ۖ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ

Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”. (QS. Ibrahim 21)

وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ

Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?”

قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ

Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: “Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)”. (QS. Ghafir 47-48)

Pemimpin dan pengikut yang mengikuti jalan syetan di dunia ini, di akhirat akan menyesal. Al-Qur’an menjelaskan tentang sikap syetan di akhirat nanti,

Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS. Ibrahim 22)

Bila pemimpin yang zalim di dalam Al-Qur’an diancam neraka, pemimpin yang adil dijanjikan surga. Rasulullah saw menyatakan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ . رواه البخاري.

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah di dalam naungannya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Tuhannya, seseorang yang hatinya bergantung di dalam masjid, dua orang saling mencintai yang bertemu dan berpisah karena Allah swt., seorang laki-laki yang diminta (digoda) seorang perempuan yang memiliki pangkat dan berparas cantik namun ia berkata “Sungguh aku takut Allah”, seorang laki-laki yang menshadaqahkan hartanya dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dishadaqahkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang menyebut/ingat Allah ketika sendiri hingga kedua matanya menangis. (HR Imam Bukhari)

Apakah yang disebut dengan pemimpin yang adil? Pemimpin yang menaati Allah dan RasulNya serta membuat keputusan yang tidak lepas dari nilai-nilai yang digariskan Allah dan RasulNya. Rasulullah menyuruh umat manusia mengikuti keteladanan Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali), karena mereka adalah pemimpin yang adil. Mereka adalah para pemimpin yang dijamin surga oleh Rasulullah.

Keadilan juga bermakna memutuskan sesuatu dengan tepat, setelah mempertimbangkan semua fakta yang ada. Seperti hakim yang adil yang memutuskan suatu perkara dengan tepat, setelah mempertimbangkan alasan-alasan yang diberikan terdakwa dan penuntut.

Para Nabi membawa keadilan dalam misinya ke muka bumi. Puluhan ayat Al-Qur’an bicara tentang keadilan.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adil bermakna sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, berpegang pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.

Sementara itu Imam Al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa memberi definisi keadilan dalam riwayat dan penyaksian sebagai suatu ungkapan mengenai konsisten perjalanan hidup dalam agama. Hasilnya merujuk kepada suatu keadaan yang mantap dalam jiwa yang menjamin takwa dan mu’ruah (sikap jiwa) sehingga mencapai kepercayaan jiwa yang dibenarkan.

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Yang dimaksud dengan adil ialah orang yg mempunyai sifat ketakwaan dan muru’ah”.

Kriteria ‘adil menurut ahli hadits adalah orang yang muslim, merdeka, tidak melakukan dosa besar dan tidak terus menerus melakukan dosa kecil. Imam Syafii ditanya, “Siapakah ‘adil itu?”, beliau menjawab,“Tidak ada orang yang selamat sama sekali dari maksiat. Namun jika seseorang tidak melakukan dosa besar dan kebanyakan amalnya baik, maka dia adil. 

Adil lawannya batil, mungkar atau zalim. Bila keadilan mendapat ‘cahaya’ dari Allah, maka batil atau zalim adalah hilangnya cahaya dari Allah. Sehingga ia berselimut dalam kegelapan. Orang yang mengerjakan kezaliman atau kebatilan ia terselubungi kegelapan gangguan syetan.


Dan semoga Allah manjauhkan kita dari pemimpin yang zalim yang tingkahlakunya merusak masyarakat.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat Kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil Pelajaran.” (QS. Nahl 90)

Allah SWT menyebut Al-Qur’an adalah firman Allah yang benar dan adil. Maka tidak ada buku atau jurnal yang bisa menanding Al-Qur’an hingga hari kiamat. Seluruh kalimat dalam Al-Qur’an adalah benar dan membawa cahaya keadilan bagi manusia.

“Dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan adil. Tidak ada yang mengubah firmanNya. Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. al An’am 115)

Sekali lagi keadilan adalah cahaya dan kezaliman adalah kegelapan. Mari kita bangun dan tegakkan keadilan ini di muka bumi agar seluruh manusia merasakan kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun setelah dunia (akhirat). Allah Maha Perkasa dan Allah Maha Bijaksana. Wallahu azizun hakim. []
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Nafisah: Sulitnya Menjadi Pemimpin yang Adil

Trending Now