Nabi Yahya Bukan Sekadar Nabi, tapi Simbol Perlawanan terhadap Kezaliman

Redaksi
Agustus 23, 2025 | Agustus 23, 2025 WIB Last Updated 2025-08-22T21:01:48Z
Jakarta,neojds.online _Di zaman ketika kebenaran bisa dibungkam dengan uang, dan keadilan bisa dibeli oleh kuasa, kisah seorang pemuda suci dari Bani Israil terasa menampar kesadaran kita.

Namanya Yahya bin Zakaria, seorang nabi yang hidup ribuan tahun lalu, tapi nilai perjuangannya masih hidup—bahkan relevan—hingga kini

Lahir dari Doa yang Mustahil

Nabi Yahya bukan sekadar lahir, ia adalah jawaban dari doa yang dianggap mustahil. Ayahnya, Nabi Zakaria, telah renta. Rambutnya memutih, tulangnya rapuh, namun hatinya tak pernah berhenti berharap:

 ูˆَู‚َุงู„َ ุฑَุจِّ ุฅِู†ِّูŠ ูˆَู‡َู†َ ุงู„ْุนَุธْู…ُ ู…ِู†ِّูŠ ูˆَุงุดْุชَุนَู„َ ุงู„ุฑَّุฃْุณُ ุดَูŠْุจًุง ูˆَู„َู…ْ ุฃَูƒُู† ุจِุฏُุนَุงุฆِูƒَ ุฑَุจِّ ุดَู‚ِูŠًّุง

“Ya Rabb, tulangku telah rapuh, rambutku memutih, namun aku tak pernah kecewa dengan doa kepada-Mu.” (Q.S. Maryam: 4)

Allah mengabulkannya dengan sebuah mukjizat. Malaikat berkata:

 ูŠَุง ุฒَูƒَุฑِูŠَّุง ุฅِู†َّุง ู†ُุจَุดِّุฑُูƒَ ุจِุบُู„َุงู…ٍ ุงุณْู…ُู‡ُ ูŠَุญْูŠَู‰ ู„َู…ْ ู†َุฌْุนَู„ ู„َّู‡ُ ู…ِู† ู‚َุจْู„ُ ุณَู…ِูŠًّุง

“Wahai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan kelahiran seorang anak bernama Yahya, yang sebelumnya belum pernah Kami berikan nama itu kepada seorang pun.” (Q.S. Maryam: 7)

Dari awal hidupnya, Nabi Yahya sudah menjadi simbol: bahwa harapan tak boleh mati, bahkan ketika logika manusia mengatakan “tidak mungkin.”

Pemuda yang Tak Mau Diam

Ketika dewasa, Nabi Yahya menjadi suara kebenaran di tengah masyarakat yang larut dalam dosa. Hidupnya sederhana, pakaiannya kasar, tapi suaranya tajam. Allah menggambarkannya:

 ูŠَุง ูŠَุญْูŠَู‰ٰ ุฎُุฐِ ุงู„ْูƒِุชَุงุจَ ุจِู‚ُูˆَّุฉٍ ูˆَุขุชَูŠْู†َุงู‡ُ ุงู„ْุญُูƒْู…َ ุตَุจِูŠًّุง • ูˆَุญَู†َุงู†ًุง ู…ِّู† ู„َّุฏُู†َّุง ูˆَุฒَูƒَุงุฉً ูˆَูƒَุงู†َ ุชَู‚ِูŠًّุง • ูˆَุจَุฑًّุง ุจِูˆَุงู„ِุฏَูŠْู‡ِ ูˆَู„َู…ْ ูŠَูƒُู† ุฌَุจَّุงุฑًุง ุนَุตِูŠًّุง

“Wahai Yahya, ambillah Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Kami berikan kepadanya hikmah sejak kecil, kasih sayang dari sisi Kami, kesucian, dan ia seorang yang bertakwa. Dan ia berbakti kepada kedua orang tuanya, bukan orang sombong lagi durhaka.” (Q.S. Maryam: 12-14)

Ketika Raja Herodes hendak menikahi anak tirinya—pernikahan yang jelas dilarang agama—semua memilih diam. Nabi Yahya berdiri sendirian, berani berkata: “Itu haram di sisi Allah!” Kalimat itu menggetarkan istana. Dan seperti biasa, kekuasaan yang terusik akan melawan. Nabi Yahya dipenjara, difitnah, hingga akhirnya dipenggal kepalanya atas permintaan seorang perempuan yang haus nafsu dan seorang penguasa yang takut kehilangan wibawa.

Pesan untuk Kita Hari Ini

Apa yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Yahya? Banyak. Tapi izinkan saya fokus pada satu: integritas. Di negeri ini, kita kerap menyaksikan orang yang tadinya lantang melawan korupsi, tapi diam begitu berada di lingkar kekuasaan. Kita melihat pemimpin yang lebih takut kehilangan jabatan daripada kehilangan kepercayaan rakyat.

Yahya mengajarkan, menjadi benar itu sering sendirian. Dan tak ada jaminan bahwa kebenaran akan menang secara duniawi. Tapi keberanian untuk tetap tegak itulah yang membuat manusia hidup mulia.

Allah mengabadikan kisahnya dengan salam abadi:

 ูˆَุณَู„َุงู…ٌ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูŠَูˆْู…َ ูˆُู„ِุฏَ ูˆَูŠَูˆْู…َ ูŠَู…ُูˆุชُ ูˆَูŠَูˆْู…َ ูŠُุจْุนَุซُ ุญَูŠًّุง

“Keselamatan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia wafat, dan pada hari ia dibangkitkan kembali.” (Q.S. Maryam:15)

Salam itu bukan hanya untuk Nabi Yahya, tapi juga untuk siapa pun yang memilih jalan lurus, meski berisiko.

Menjadi “Yahya” di Zaman Ini

Mungkin kita tak akan berhadapan dengan raja zalim. Tapi kita akan selalu berhadapan dengan pilihan: ikut arus atau melawan arus demi nilai. 

Sosok Nabi Yahya mengingatkan kita bahwa keberanian bukanlah berteriak lantang saat ramai mendukung, tetapi tetap berkata “tidak” saat semua orang memilih diam. Dan itu, dalam banyak hal, adalah bentuk kemuliaan tertinggi. “Jadilah cahaya, meski sendirian dalam gelap.” []
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Nabi Yahya Bukan Sekadar Nabi, tapi Simbol Perlawanan terhadap Kezaliman

Trending Now